Selasa, 19 Oktober 2010

Demam Poker Landa Masyarakat

 


Masyarakat tengah dilanda demam poker, salah satu aplikasi di situs jejaring pertemanan Facebook. Bahkan saking kecanduan, penggemar poker, rela menelusuri warnet yang ada di Batam dari Bengkong, Batamcentre sampai Batuaji. Apa yang sebenarnya dicari dari permainan itu?

Teriakan Syukri sesaat membuat gaduh warung internet Usaha Baru di Legenda Malaka, Batam Centre, Sabtu (17/10) sore pekan lalu. "Yes, straight, mantap," seru Syukri ketika kartu yang di tangannya As dan 2 disambung dengan kartu yang muncul di meja kasino, 3 karit, 4 petak, K jambu 5 lima petak dan 10 jambu.

Chips $10,369,000 yang sudah terkumpul di meja kasino langsung masuk ke akunnya. Jumlah chipsnya langsung membengkak jadi $25,369.000. Awalnya dia punya modal $15,000,000 yang baru dibeli dari temannya.

Pas baru main, pria yang bekerja di sebuah perusahaan di Kabil ini langsung main di meja besar. Meja 200k/400k. Sekali pasang pot $400.000. Deposit pot minimal $2.000.000. Waktu itu, Syukri beruntung karena lawannya two pair 10. Sukri terus melanjutkan permainan.

Di room lainnya, Dedi juga tengah mengadu keberuntungannya. Dia juga memainkan chips, walau main di meja kecil. Main di meja 10k/20k. Permainan poker tidak bisa sembarangan main di meja. Pilihan mau main di meja mana tergantung deposit chips yang dimiliki.

Pemandangan ini hampir didapati di semua warung internet yang ada di Batam. Penelusuran Sijori Mandiri ke beberapa warnet, dapat dipastikan pelanggan di warnet itu ada yang main poker. Apalagi kala malam. Hanya sedikit pelanggan internet yang mengakses situs berita atau yang lainnya. Semuanya duduk berjam-jam hanya main poker.

Kalau habis chips, kadang penjaga warnet menyediakan jual beli chips agar pelanggan tidak keburu pergi. Dia bisa bertahan berjam-jam, selagi ada chips yang bisa dimainkan.

Andi, warga Batam Centre yang baru sebulan melakoni bisnis penjualan chips mengatakan, dia bisa menjual chips semalam rata-rata $300 miliar. "$1 miliar chips saya jual Rp12 ribu. Sehari bisa untung sekitar sejutaan-lah. Rata-rata bisa untung Rp500 ribu sehari," katanya.

Untuk melancarkan bisnisnya, dia bekerja sama dengan penjaga warnet untuk mencari pelanggan. Sebab tempat dia biasa nongkrong berselancar ria dengan bermain poker, penjaga warnetnya enggan berbisnis ini. Karena yang punya warnet tidak mau mengeluarkan modal untuk bisnis ini.

Kata Andi, dia beli chips dari temannya di Jakarta sebesar Rp8.000 per $1 miliar. Ini karena dia beli dalam partai besar minimal $500 miliar. Andi mengaku tidak tahu persis bagaimana temannya itu mendapatkan chips.

"Katanya dapat dari pebisnis chips. Soal bagaimana cara kerja pebisnis ini mengumpulkan chips sampai bilion, saya tidak tanya pula sama kawan itu," kata Andi ketika disinggung soal bisnis ini lebih lanjut.

Disinggung apakah ada masalah dari bisnis ini? Andi menuturkan, bisnis chips berisiko tinggi. Karena bisa-bisa deposit chips yang di akun kita tiba-tiba hilang karena dibanned (dilarang). Dimakan zynga, itulah istilahnya di kalangan pemain poker.

Proses banned itu terjadi, kata Andi, jika zynga poker menilai terjadi transaksi ilegal. Makanya, sambung dia, melayani transfer chips ke akun pembeli mesti hati-hati. Dia tidak mau sembarangan menjual chips ke pembeli kalau deposit chips-nya tidak mencukupi.

"Minimal untuk transfer chips $5 miliar pembeli mesti punya deposit $200 ribu. Kalau di bawah itu, Andi tidak mau melakukan transaksi jual beli dengan mentransfer chipsnya ke pembeli," katanya.

Disebutkan Andi, dalam proses transaksi pun, dia dengan pembeli seolah-olah lagi main. Dia tidak mau cepat-cepat melakukan transaksi dengan me-raise semua pot-nya. "Lihat-lihat kartu. Kan bisa cek. Kalau kartu pembeli tinggi baru kita raise. Seolah-olah kita kalah. Sistem poker zynga jadi tidak curiga. Sehingga kemungkinan pot kita tidak di-banned. Karena tidak terjadi transaksi dilarang," ungkapnya.

Sesungguhnya, kata Andi, bisnis chips ini beresiko. Awal-awal menekuni bisnis ini, Andi mengaku pernah dibanned $200 miliar. "Bayangkan saja, saya beli $100 miliar itu, Rp800 ribu. $200 miliar saya koyak Rp1.600.000. Sakit hati memang. Tapi apa boleh buat ini resiko bisnis chips poker," katanya.

Sejak itu, dia pun mulai menyiasati menyimpan potnya dengan memecahnya dengan banyak akun. Dia buat akun sebanyak-banyaknya, kemudian mentransfernya dengan pecahan $1 miliar, $5 miliar, $10 miliar, $20 miliar sampai $50 miliar. "Sejak disiasati seperti itu, jarang pot saya dibanned," katanya.

Saat ini permainan poker sendiri juga membuat gairah usaha warung internet. Hardi, mantan pengusaha warnet mengakui, sejak demam poker melanda masyarakat, kehadiran warung internet bak jamur di musim hujan. Setiap blok ruko sekarang bisa dipastikan ada warnet.

"Walau menjamur seperti itu, saya perhatikan warung internet tetap penuh oleh masyarakat yang browsing setiap hari. Saya perkirakan, pertumbuhannya bisa mencapai 500 persen dari tahun lalu," katanya.

Dia juga memproyeksikan, pertumbuhan warnet kian hari akan bertambah. Apalagi saat ini sebagian besar masyarakat di Batam tidak gagap teknologi internet lagi. "Kalau ada yang tidak tahu internet saat ini, mungkin ibu rumah tangga saja. Itu juga, kalau dulunya tidak pernah berinteraksi dengan komputer. Kalau pernah, tak ada yang tak tahu berselancar ria," katanya. **

0 komentar:

Posting Komentar